Ads 468x60px

Friday, March 28, 2014

Road to UN : Medan Perang US ?!

Haloooo, readers.... Di mana pun kalian berada, kapan pun kalian baca, dan apa pun yang kalian lakukan waktu lagi baca postingan ini. Mau sambil boker, atau sambil nonton Pacific Rim sama ngemil flashdisk kaya adekku, terserah deh. Chaw-haw-haw-haw.... (ini ketawa lho, serius!) 

Akhir-akhir ini ada yang ngerasain nggak sih bagi yang mau ujian, kita udah semakin deket sama hari bersejarah tersebut? Yep. Sama, aku juga. Senin besok, eh libur, ding.... Selasa besok, 1 April 2014, aku bakal ngadepin Ujian Sekolah yang merupakan suatu medan perang juga dan gak bisa dianggap sepele....


Aduh gimana ya? | Gimana apanya?



Ehmmm..... oke deh, ini yang aku mau sharing-kan....

Oke setelah menyesali kejadian TUC kemaren (baca cerita sebelumnya) dan merenungkan bagaimana cara agar hal ini tidak terulang, uhhhmm.... karena seminggu setelahnya (yaitu minggu lalu) ada Ujian Praktek, jadi gak sempet merenung. Nah lho? 

Okeh, ginih, tentang Ujian Praktek-nya dulu. Semua berjalan lancar dan mulus, semulus paha ayam Combo fried chicken yang diskon 30% di hari Rabu plus dapet soft drink. Sampailah aku pada minggu berikutnya, yaitu minggu ini. Mulai Senin kemaren, ternyata formasi kelas udah diubah berdasarkan nilai TUC, dan aku yang sama sekali belom tau karena hari Sabtu-nya gak masuk hanya bisa memasang tampang dongo ketika temen nanyain lokasi kelas.






Misal gini :

"Eh, kita sekelas akhirnya, Vin?"

"Uhhmmm..... gimana?" (dalam hati : "lho, dia kan gak sekelas sama aku?")

"Oh ya, pelajaran pertama biologi kan? Hmmm, ruang mana ya? Kayanya di lab, deh, yuk!"

"Eh, ayuk.." (dalam hati : "lho, pelajaran pertama bukan matematika?")


Bukan cuma formasi kelas yang diubah, ternyata jadwalnya juga. Tapi beruntunglah, cuma diacak doang, jadi bukunya tetep bawa deh. Pembagian kelas ini berdasarkan nilai TUC ternyata, tujuannya adalah supaya bisa lebih fokus dalam kelas karena nilai dengan kategori sama digabungkan. Guru juga bisa lebih men-transformasi pengajaran yang berbeda-beda untuk setiap kategorinya. Aku masuk ke kategori yang nilai TUC-nya baik, ~amin. Padahal nilainya belom memuaskan karena ngerjainnya sambil termehek-mehek (baca cerita sebelumnya hahaha). Dengan adanya kelas ini, aku berharap bisa memaksimalkan cara belajar biar nilainya juga maksimal.






Di kelas kategoriku ini, tergabung murid-murid dengan nilai yang lumayan, beberapa di antaranya adalah sohib-sohibku juga. It's much better untuk kenyamanan belajar di kelas. Tapi kadang jadi kangen kelas lama, yaitu kelas 9A (sip, baca yang ini juga) karena ada juga temen-temen yang gak ikut masuk ke kelas kategori yang sekarang ini. Juga yang bikin kurang nyaman sebenernya kalo boleh jujur, ada sebagian kecil yang kecil banget anak dari kelas lain yang suka ribut gak jelas di kelas kategori yang baru ini. Tapi aku jga kadang-kadang ribut ga jelas, sih ya. Ah, ya udahlah maklumi aja... Hahahahahahaaaaa.....

Nah, itu aja sih yang pengin aku sharing-kan, oh satu lagi.... 
Di masa-masa mendekati ujian gini kan biasanya ada rasa tegang. Juga, biasanya kita terus belajar terus, takut kalo sampe dapet nilai jelek. Ih amit-amit.... Tapi kenapa ya? Aku masih berasa santai, sampe-sampe bisa nulis postingan di blog gini. Nah lho? Padahal justru rasa tegang dan nervous  itu yang bikin seru dan juga rasanya bebas dari perasaan tegang itu setelah ujian dijalani....


Ugh, gimana ya biar jadi ada sensasi spesial saat belajar?
Ah, udah lah jangan kebanyakan mikir, jalani aja.... ~Hahaha


Moral :
Nah, ini pesan terakhir dariku sebelum berangkat ke medan perang Ujian sekolah.
Kelas manapun itu gak masalah, asalkan kita ada niat dan kemauan belajar. Mau pintar? Mau dapet nilai bagus? Mau jadi kebanggan gur, teman, dan ortu? AYO BELAJAR! Harus semangat! Tidak ada lain kesempatan, jangan sia-siakan! Jalani aja, jangan mengeluh! Sip? Okeh, selamat menghadapi ujian-ujian berikutnya.... Tetep jaga stamina biar sehat dan fit juga, yak! Wish me luck.... YOOM.....TAH! 

Thursday, March 20, 2014

TODAY NEWS

Bahasa Alay Bentuk Pemberontakan Anak Muda
Komnas Anak, Seto Mulyadi (batik) (Foto: Okezone)




















JAKARTA - Kalangan anak muda memang terbilang paling banyak yang mengaktualisasikan bahasa alay dalam pergaulan sehari-hari. Menurut Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Seto Mulyadi (Kak Seto), penyebab maraknya penggunaan bahasa alaymerupakan bentuk pemberontakan anak muda.

"Remaja itu perlu diperhatikan, kreatifitas remaja ini dipasung, harus lurus, nurut sama orang tua tetapi tidak dihargai kreatifitasnya jadi mereka melawan orang tua dengan membuat bahasa sendiri," katanya kepada Okezone, Rabu (19/3/2014).

Salah satu cara untuk mengikis bahasa alay, sambung Kak Seto, sapaan akrabnya adalah dengan mengkampanyekan berbagai kegiatan menulis, dan berpidato, yang tentunya dalam muatan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sekedar diketahui belakangan ini, kita sering disuguhkan dengan istilah-istilah baru dan aneh dalam berkomunikasi. Ironisnya, istilah yang memelesetkan kata dari Bahasa Indonesia ini seakan menjadi kebiasaan atau gaya hidup sekelompok anak muda yang biasa disebut alay.

Misal saja, sering kita mendengar kata lambat diubah menjadi lambreta, barangkali menjadi keles, banget menjadi bingit, memang menjadi emberan, remaja wanita gaul menjadi cabe-cabean, santai menjadi woles dan lain sebagainya. Semua itu kini menjadi istilah baru dalam percakapan anak muda. Celakannya, istilah ini juga sudah menjadi bahasa tulisan di jejaring sosial yang dianggap sudah lumrah.




Opini saya :

ALAY. Atau 4L4y (iya itu lebih lebay lagi….) semakin berkembang di negara kita ini. Apa sih sebenarnya yang dimaksud alay? Alay yang merupakan singkatan dari anak layangan, anak lebay merupakan sebutan yang diberikan kepada mereka, kaum makhluk yang berlebihan atau tidak seperti manusia pada umumnya.

Contoh :
Begini disebut alay, menghadapi sesuatu secara berlebihan

Pada era ini, alay sudah menjadi gaya hidup. Yang lebih dikenal lagi yaitu bahasa alay yang merupakan bahasa dari makhluk-makhluk tersebut. Perkembangan bahasa alay ini sangat tampak pada media sosial, di mana sekarang banyak tersedia berbagai jenis media sosial seperti facebook, twitter, instagram, linked-in, pinterest, dan lain-lain. Bahasa alay di Indonesia sendiri merupakan pelesetan dari bahasa Indonesia yang dimodifikasi menjadi lebih unik dan aneh. Pengucapan dan penulisannya juga dibuat berlebihan seperti :


Bisa baca? Kalo tidak berarti kamu masih normal.....

Perkembangan bahasa alay ini tentunya snagat menggangu dan menyebalkan. Tapi bagi sebagian orang, ini dianggap sebagai gaya hidup yang modern dan kalau tidak menggunakan bahasa alay berarti ‘lo kurang gaul men!’ . Namun, tahukah kamu kalau bahasa alay di Indonesia perlahan-perlahan mengikis bahasa Indonesia yang baik dan benar? Dengan pengucapan dan penulisan yang diubah-ubah, kelak akan menjadi kebiasaan dan perlahan kita pun bisa jadi tidak paham dengan kaidah yang benar tentang bahasa Indonesia. Kelak kita jadi tidak bisa mengajari anak cucu kita, sehingga semua keturunan yang merupakan generasi penerus masa depan tidak mengenal bahasa bangsanya sendiri secara benar. Menyeramkan bukan?

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencegah invasi bahasa alay?

Pendidikan bahasa Indonesia menjadi kunci utamanya. Baik di sekolah maupun di rumah, kita bisa mulai membiasakan berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan pendidikan bahasa Indonesia bisa dibuat semenarik mungkin dan sekreatif mungkin sehingga membuat anak tertarik sejak dini untuk mempelajari dan menggunakannya. Saya setuju dengan pendapat Kak Seto Mulyadi yang mengkampanyekan kegiatan berbahasa seperti pidato dan menulis, tentunya menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai kaidahnya. Selektif dalam pergaulan juga salah satu kunci yang penting, terutama pergaulan di media sosial.

Dengan begitu, bahasa Indonesia akan semakin berkambang karena rakyatnya sendiri dapat mencintainya dari awal. Di samping itu, menggunakan bahasa Indonesia lebih terkesan sopan dan santun dibandingkan bahasa alay yang beberapa di antaranya melecehkan. Kita pun dapat menghargai jasa para pahlawan dengan menggunakan bahasa asli negara kita !

Saran saya, kita harus bersama-sama saling mendukung perkembangan bahasa Indonesia dan menepis efek negative globalisasi. Boleh saja mengikuti arus modern, asalkan kita dapat tetap berpegang teguh pada identitas sejati bangsa kita sendiri.

Sekian pendapat yang bisa saya sampaikan. Terima kasih bagi yang sudah membaca.
MERDEKA BANGSAKU ! YOOM…TAH ! (J.Alvin)

Friday, March 14, 2014

Tes Uji Coba Mabok ?!

Beberapa bulan ke depan ini, kelas 9 lagi musimnya ujian. Ujian simulasi, praktek, apa lah pokoknya ujian. Yah buat siap-siap UN juga sih. Karena faktor alami atau buatan, aku mendadak ambruk saat di tengah masa ujian tersebut. 



Waduh! 
Kok bisa?

Oke begini ceritanya.....

Senin kemaren kan udah mulai TUC alias tryout kabupaten yang beredar rumor bahwa tryout kabupaten itu soalnya susah-susah. Angkatan sebelumnya juga dapet nilai jeleknya di tryout kabupaten. Guruku bilang "Nilai jelek itu karena bisa jadi kalian grogi atau nervous...." Ada juga yang bilang kalo tryout kabupaten itu 'mbuletin LJK-nya harus lebih rapi daripada biasanya. Dan tahun ini tryout kabupaten kelas juga digabung dengan simulasi Ujian Sekolah sisa pelajarannya.

Karena aku orangnya easygoing (duile...) kabar-kabar aneh soal tryout kabupaten kuanggap angin lalu. Hari Minggunya aku pergi deh ke Jogja, buat ndaftar SMA sama sekalian refreshing dengan hati gembira. Pulang dari Jogja, kerasa badan agak cenat-cenut tapi biarlah langsung kusamber buku soal terus ngerjain soal Bahasa Indonesia karena besok itu memang jadwalnya.

Berangkat sekolah hari Senin, badan makin gak karuan. Yang seharusnya pulang sekolah ada bimbingan matematika aku jadi gak ikut. Tapi Senin sore, aku masih sempet les karena ngerasa udah feels good lah. Pulang les, aku minta obat multivitamin sama ortu terus bobo dengan unyu. Eh, bangun-bangun aku ngerasa ganteng tapi kepala pusing berat.

     

Jadwal pertama Selasa adalah Matematika, 120 menit, kujalani dengan badan yang rasanya pegel-pegel kaya habis ketiban gajah panuan. Perut juga kerasa dikocok-kocok, pala pusing karena sakit plus nyium aroma bau ketek jomblo. Hueek... Akhirnya apa yang terjadi? 

Pada menit ke 90 saya muntah, sodara-sodara. Muntah. Muntah di kelas. Bunyinya gini nih, "HOEKLKLKBRLRGHBRBRBHGHGLRLRLRHHHK...." "OHOEKEELEELEEBBBRBRLGLH" 
Aku bingung. Panik. Tangan kotor kena muntahan semua karena sempet buat nadahin juga, untung baju gak kena. Temen-temen ada yang simpati dengan bilang, "Ih, itu Alvin kenapa?" Ada yang jijik dengan bilang "Iiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhh...............!" Ada juga yang ketawa, "HUHAUHUHAUHHUAHUHUAHUAHUHUHAHAHHA" Kamfret. 

Akhirnya, aku diamankan ke ruang guru untuk mencegah erupsi susulan. Dengan sisa tenaga seadanya, aku lanjut ngerjain soal Matematika dan akhirnya selesai. Istirahat 30 menit. Ada beberapa temen yang menanyakan kabar, seolah lama tak berjumpa. Herannya ada juga dari ruangan lain yang tahu plus ngetawain. Kamfret. Ternyata teknologi memang hebat, bisa mewartakan kabar begitu cepat. Eh, ternyata bukan karena teknologi, tapi suaranya emang kedengeran sampe penjuru 4 ruangan. Kamfret. 

Tapi ada juga, sahabat yang baik yang nanyain, "What's wrong, Vin? Kamu kenapa?" AKu gak sempet jawab pake bahasa inggris saking udah pusingnya. "Gak tau. Pusing. Gak karuan. Urrrrh...", jawabku mengerang. "Udah telpon aja sana, minta dijemput." Aha! Saran yang bagus, daripada ikut uji mapel selanjutnya nilai tambah jelek, mending aku pulang. Akhirnya aku dijemput dan langsung dibawa ke dokter.

"Mas Alvin ini hampir gejala thypus, suka makan jajanan kaki lima?", dokternya nanya buat mastiin. "Ugghh, kadang, Dok...", jawabku agak malu karena dicap suka makan makanan level rendahan. Dalam hati aku mikir "Oh ya kemaren makan otak-otak balado sama es cendol. Cendol sialan!" Dokternya ngasih resep plus surat keterangan sakit, kali-kali masih sakit sampe besok.

Untungnya, besok udah sembuh dan bisa ngikutin uji mapel berikutnya. Tinggal nyusulin satu mapel aja yang ketinggalan. Hore! 

Moral : 
Bagi yang lagi musim ujian kaya gini, kalo mau refreshing entaran aja habis ujian kelar. Entar malah kecapean lho. Sama satu lagi, jangan jajan otak-otak balado karena itu palsu. Otak-otak itu pake bumbu kacang bukan pake balado. Oh ya, kalo mau beli es cendol belilah yang ber-SNI. Sekian.
 
Blogger Templates